Jalan Sutra- Perut buncit tak hanya merusak penampilan, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan. Perut yang buncit menunjukkan banyaknya penimbunan lemak di dalam tubuh hingga mengisi celah-celah antar organ di dalam perut.
Saat ini, jumlah orang yang melestarikan perut buncit semakin banyak. Bahkan banyak orang yang mengangapnya sebagai simbol kemakmuran. Pada kenyataanya, perut buncit dan obesitas sulit dipisahkan. Obesitas sendiri merupakan faktor risiko berbagai gangguan kesehatan seperti penyumbatan arteri, hipertensi, penyakit jantung dan stroke.
"Perut buncit disebabkan oleh banyak mengkonsumsi karbohidrat sederhana yang mudah dicerna tubuh dan lemak trans yang berbahaya bagi kesehatan. Penyebabnya ada bermacam-macam, mulai bawaan hingga faktor lingkungan," kata dr Phaidon L Toruan, dokter dan trainer hidup sehat seperti diwawancari detikHealth.
Menurut dr Phaidon, berbagai macam faktor yang dapat memicu perut buncit antara lain:
Genetik.
Perut buncit bisa disebabkan karena faktor genetik. Ada orang-orang yang sejak lahir memiliki kecenderungan untuk menjadi gemuk dan memiliki proses metabolisme yang lebih lambat atau memroses lemak secara bebeda. Bisa juga disebabkan karena keturunan.
Penuaan
Seiring pertambahan umur, massa otot semakin berkurang, apalagi ketika usia di atas 30 tahun. Metabolisme tubuh juga mulai melambat. Jika tidak diimbangi dengan berolahraga, maka makanan yang masuk dalam tubuh banyak yang ditimbun menjadi lemak.
Makan berlebih
Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak, gula halus dan vetsin juga dapat membuat tubuh menyimpan lemak. Makanan yang mengandung karbohidrat sederhana lebih mudah diubah menjadi lemak dibanding karbohidrat kompleks.
Penggunaan obat
Obat-obatan yang memicu produksi hormon estrogen seperti pil KB juga mudah memicu perut buncit karena estrogen mudah mengikat lemak.
Gaya hidup
Banyaknya konsumsi karbohidrat dan lemak trans tak lepas dari gaya hidup yang serba praktis dan sangat dipengaruhi oleh iklan. Produk-produk makanan manis dan tak sehat selalu diiklankan setiap hari sehingga konsumen menganggapnya sebagai hal yang lumrah dan biasa. Padahal mengkonsumsi gula dan lemak secara berlebihan jelas berisiko bagi kesehatan.