Jalan Sutra- Ketika lelucon atau cerita lucu dilemparkan komedian dalam sebuah acara stand-up comedy, beberapa orang akan tertawa terpingkal-pingkal namun ada juga yang memasang wajah kaku. Namun peneliti bernama Robert Lynch mengaku tak memahami mengapa hal itu bisa terjadi.
"Humor merupakan sesuatu yang cukup fundamental," kata Lynch, mahasiswa doktoral antropologi evolusioner di Rutgers State University of New Jersey.
Sebelumnya, bersama penasihat dan koleganya, Robert Trivers, Lynch telah menulis sebuah buku tentang penipuan diri sendiri (self-deception). Lalu dalam studi ini Lynch memutuskan untuk melihat bagaimana upaya membohongi diri sendiri ini dapat mempengaruhi selera humor.
Lynch pun menemukan bahwa semakin sering seseorang membohongi dirinya sendiri, semakin sedikit kecenderungannya untuk bisa tertawa lepas.
Lynch mendapatkan kesimpulan itu setelah meminta 59 mahasiswa (33 wanita, 26 pria) untuk menonton video stand-up comedy Bill Burr berdurasi 28 menit. Setiap partisipan menonton video itu sendirian sedangkan peneliti merekam setiap reaksi partisipan.
Partisipan juga diminta mengisi survei untuk mengungkap fakta apakah partisipan membohongi dirinya sendiri serta menjawab beberapa pertanyaan tambahan tentang suasana hati, extraversion (sifat yang menggambarkan emosi positif seperti periang, suka bergaul dan ramah) dan apakah partisipan menikmati video komedian itu atau tidak.
"Humor sebenarnya merupakan sesuatu yang sulit dipelajari. Namun Lynch jenius karena ia mencoba mengukurnya dengan FACS, sebuah sistem identifikasi wajah yang dapat mengisolasi berbagai macam dan intensitas tawa," ungkap Trivers, profesor antropologi dan ilmu biologi di Rutgers University.
Dalam studi yang ditampilkan dalam jurnal Personality and Individual Differences tersebut, Lynch memeriksa video reaksi partisipan dan memberi kode pada setiap reaksi menggunakan FACS (Facial Action Coding System) yang mengaitkan perubahan wajah dengan emosi.
Lynch pun merekam setiap reaksi partisipan hingga mencatat durasi dan intensitasnya. Secara spesifik, ia mengamati bibir dan mata partisipan. Mungkin partisipan bisa memalsukan tawa atau senyumnya namun FACS bisa memastikan apakah partisipan tersebut benar-benar tersenyum lepas atau memaksakannya.
"Senyum yang nyata datang dari mata," ujar Lynch yang menekankan bahwa mustahil bagi kita untuk memalsukan tawa yang otentik.
Menurut Lynch, orang yang suka membohongi dirinya sendiri cenderung tidak tertawa saat menonton stand-up comedy daripada orang yang lebih jujur. Ia menduga bahwa itu karena komedian biasanya membuat lelucon tentang topik-topik yang tabu dan orang yang membohongi dirinya sendiri tidak bisa tertawa karena merasa lelucon itu terlalu blak-blakan.
"Tawa merupakan sinyal emosi yang jujur, tanpa direncanakan serta menunjukkan kegembiraan. Orang yang sering membohongi dirinya sendiri lebih khawatir dengan sinyal kejujurannya. Baginya, tertawa itu sedikit berbahaya karena mungkin tak memahami lelucon yang dilontarkan, ada hal-hal yang memang ingin disembunyikan dari dirinya sendiri maupun orang lain," ungkap Lynch seperti dilansir dari MSNBC