Jalan Sutra- Untuk mengetahui orang yang memiliki sifat posesif dalam hubungan asmara, bisa dibilang susah-susah-gampang. Opini ini pun dibenarkan oleh Psikolog Zoya Amirin.
Menurut Zoya, saat awal-awal masa pendekatan, seseorang cenderung menjadi 'manis' baik dari segi ucapan maupun perbuatan. Dalam obrolan, yang tadinya membahas hal-hal keseharian bisa menjadi serius saat ia mulai menanyakan 'sejarah' hubungan terdahulu.
"Kalau nanyanya 'apa yang kamu pelajari dari hubungan pacaran sebelumnya?' itu masih terbilang wajar dan bisa jadi berbagi pengalaman hidup. Tapi kalau sudah nanya, 'sudah berapa kali pacaran?' 'siapa aja mantan kamu?', 'kalau pacaran sama mantan kamu ngapain aja dan perginya kemana aja?' wah itu udah obvious ya kalau dia posesif," ujarnya intens.
Bukan hanya semasa pacaran, adapula orang yang justru berubah menjadi posesif pasca menikah. Ibaratnya diberikan izin dan kebebasan untuk beraktivitas sampai bersosialisasi, tapi setelah dilakukan malah mendapatkan interogasi yang tidak perlu.
Zoya menggambarkannya dengan perumpaan 'kepala dilepas tapi ekor dipegang'. Bisa beraktivitas tapi tetap disetir dan tidak bisa bergerak jauh dari genggamannya. Secara finansial diberikan kehidupan, namun kehidupannya adalah si pasangan tanpa ada orang lain, baik sosialisasi ataupun pertemanan yang bermakna.
Satu hal yang perlu dicurigai dari seorang posesif adalah ketika ia mengucapkan 'Saya suka punya pasangan yang independen.' Menurut Zoya ucapan tersebut memiliki dua makna. Pertama ia mencari orang yang independen sehingga ia tidak perlu repot mengurusi kekasihnya. Dan yang kedua ia justru berharap karena kekasihnya independen, bisa memberikan perhatian balik penuh tanpa harus diribetkan dengan timbal balik.
"Secara emotional independen tapi tidak mau take and give itu salah besar. Istilah kasarnya 'gue mau diperhatiin tapi males merhatiin lo balik.' Semandiri-mandirinya manusia apalagi wanita, ia tetap perlu diperhatiin, dikasih sayang, diurus dan diperlakukan romantis," ujar Zoya.