Menurut sebuah penelitian, 1 dari 4 orang pasien stroke di Amerika Serikat sudah mengalami serangan pada usia kurang dari 65 tahun karena terlambat menyadari faktor risikonya. Bahkan 1 dari 14 pasien stroke mengalaminya pada usia di bawah 45 tahun.
Dr Shyam Prabhakaran, MD, pakar kesehatan jantung dari Rush University mengatakan bahwa emosi negatif merupakan pemicu utama stroke di usia muda. Gumpalan plak yang menyumbat aliran darah ke otak sering terjadi ketika seseorang mengalami stres.
"Sekitar 50 tahun lalu orang tidak menganggap gangguan emosi sebagai penyakit. Namun sekarang kami menyadari betul adanya hubungan erat antara emosi dengan patologi," ungkap Dr Prabhakaran seperti dikutip dari MSN Health.
Seperti disampaikan Dr Prabhakaran, berikut ini adalah beberapa pemicu emosi negatif yang juga bisa menyebabkan serangan stroke.
Stres
Jika bertanya pada dokter faktor apa yang memicu stroke, dokter akan menjawab tekanan darah tinggi, diabetes dan penyakit jantung. Namun jika pertanyaan yang sama diajukan ke pasien, sebagian pasti akan menjawab pengaruh stres juga sangat besar.
Stres yang tidak terkontrol bisa memicu terjadinya penggumpalan darah di otak. Gumpalan tersebut bisa menyumbat pembuluh darah, sehingga terjadilah serangan stroke yang disebut stroke iskemik.
Suka marah-marah
Penelitian terbaru dari National Institute of Aging menunjukkan, orang-orang yang pemarah dan tidak sabaran cenderung memiliki dinding pembuluh darah yang lebih tebal dibandingkan orang yang pembawaannya lebih tenang. Dinding yang tebal lebih berisiko menyumbat aliran darah.
Bahkan sekalipun tidak tersumbat, dinding yang tebal akan menghambat aliran darah di otak sehingga pasokan oksigen berkurang. Matinya sel-sel otak karena kekurangan oksigen juga bisa memicu stroke.
Kesepian
Dalam sebuah penelitian selama 4 tahun, para ahli dari University of Chicago mengungkap bahwa orang yang selalu merasa kesepian memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Dibandingkan orang yang banyak kawan, tekanan sistoliknya lebih tinggi 3,6 mmHg.
Tekanan darah yang tinggi adalah faktor risiko yang bisa memicu stroke. Jika pembuluh darah terlalu tipis atau rapuh, tekanan yang terlalu besar bisa membuatnya pecah dan terjadilah perdarahan di otak yang memicu stroke hemoragik.
Cek-cok rumah tanggaJika kesepian dapat meningkatkan tekanan darah, pernikahan juga punya efek yang sama jika seseorang menjalaninya dengan tidak bahagia. Menurut penelitian American Stroke Association pada tahun 2010, keretakan rumah tangga bisa meningkatkan risiko stroke hingga 64 persen.
"Jika Anda menikah tapi tidak bahagia, Anda akan tetap merasa kesepian meski secara sosial tidak terisolasi. Efeknya sama saja dengan kesepian atau tidak punya teman," pungkas Dr Prabhakaran.