Jalan Sutra- Saling berkirim SMS bisa jadi cara termudah dan tercepat bagi semua orang untuk mengirimkan pesan kepada keluarga dan teman-temannya. Sayangnya sebuah studi baru menemukan bahwa kebiasaan ini bisa menyebabkan penurunan kemampuan tatabahasa pada remaja yang melakukannya.
"Remaja yang seringkali menggunakan adaptasi bahasa (tech speak) saat SMS-an memperoleh skor yang buruk dalam tes tatabahasa, terutama ketika remaja menulis dalam bentuk tech speak seperti gr8 (great), inisial seperti LOL (laugh out loud) atau ejaan kata seperti would yang berubah menjadi w-u-d," kata Drew Cingel, peneliti dan kandidat doktor di bidang media, teknologi dan masyarakat dari Northwestern University.
Cingel yang bekerjasama dengan S. Shyam Sundar, profesor komunikasi dan wakil direktur Penn State's Media Effects Researc Laboratory tersebut mengatakan bahwa penggunaan bahasa semacam ini bisa menghalangi kemampuan remaja untuk menggunakan kata-kata yang lebih sesuai dengan aturan tatabahasa.
Kesimpulan ini didapatkan Cingel setelah mengamati sekelompok siswa sekolah menengah di Pennsylvania yang dimintanya untuk mengerjakan tes tatabahasa. Lalu partisipan diminta menceritakan tentang kebiasaan SMSnya seperti berapa banyak SMS yang dikirim dan diterima serta pendapat partisipan tentang pentingnya SMSan bagi mereka.
Peneliti juga meminta partisipan untuk mencatat banyaknya adaptasi bahasa yang digunakan dalam tiga SMS terakhir yang dikirim dan diterimanya. Namun dari 542 lembar survei yang diberikan, hanya 228 partisipan yang mengembalikan kuesionernya atau sekitar 42,1 persen.
"Secara menyeluruh, ada bukti bahwa penurunan skor tatabahasa dapat didasarkan pada jumlah adaptasi bahasa yang digunakan dalam SMS yang dikirim para remaja," terang Cingel seperti dilansir dari healthcanal.
"Selain memberikan prediksi yang buruk terhadap hasil tesnya, penggunaan adaptasi bahasa dalam SMS semaca ini juga dikaitkan buruknya performa partisipan. Dengan kata lain, jika Anda mengirim SMS pada anak Anda dengan menggunakan adaptasi bahasa, dia akan menirunya. Masalahnya, adaptasi bahasa semacam ini bisa berdampak pada kemampuan berbahasa normal mereka," ungkap peneliti lain, Sundar.
Menurut peneliti, keinginan alami remaja untuk meniru keluarga dan teman-temannya sama halnya dengan ketidakmampuan mereka untuk kembali ke tatabahasa yang benar lalu keduanya mengkombinasikan diri dan mempengaruhi pilihan tatabahasa yang buruk pada remaja saat diminta membuat tulisan formal.
Sundar pun menjelaskan bahwa teknologi itu sendiri mempengaruhi penggunaan bahasa semacam ini. "Hal seperti ini wajar terjadi karena teknologi membiarkan pengungkapan berbagai ekspresi diri dan memunculkan kultur tersendiri," pungkasnya.