Jalan Sutra- Banyak orang mengira melepaskan amarah dengan meledak-ledak akan mengurangi kekesalan dan melepaskan stres yang dialaminya. Bahkan selama berabad-abad, para pakar juga percaya bahwa pelepasan ketegangan (katarsis) itu baik bagi kesehatan seseorang.
Namun menurut penulis buku tentang cara mengelola amarah dengan pintar berjudul You Are Not So Smart, David McRaney, metode itu tidaklah akan banyak membantu mengurangi kemarahan seseorang.
Kendati begitu, jika Anda berpikir memendam kemarahan itu akan menggerogoti diri Anda dari dalam maka Anda juga salah besar.
Marah-marah hanya akan membuat segalanya menjadi lebih buruk. Alih-alih meredakan frustasi, marah-marah terbukti mampu mempertahankan mood yang buruk sehingga membuat orang yang mengalaminya memiliki perasaan destruktif yang intens dan tahan lama.
Disamping itu, para pakar psikologi juga mengungkapkan bahwa ekspresi kemarahan memang dapat melepaskan senyawa kimia yang membuat seseorang menjadi nyaman di dalam otaknya meski kadarnya hanya sedikit.
Masalahnya, senyawa kimia ini bisa menimbulkan kecanduan orang yang bersangkutan berpeluang untuk mencari-cari alasan agar bisa melampiaskan kemarahannya lagi.
Itulah mengapa orang-orang yang berhasil melepaskan kemarahannya justru lebih cenderung bertingkah agresif dalam berbagai situasi. "Jika Anda terbiasa 'menyalakan uap' maka Anda akan jadi bergantung padanya," papar McRaney.
Pendekatan yang lebih efektif adalah 'take your anger off the stove' atau keluarkan amarah Anda dari 'kompornya', tambahnya.
"Alihkan perhatian Anda dengan sesuatu yang menyenangkan, pasif dan menenangkan diri Anda seperti mendengarkan musik yang lembut, jalan-jalan atau merawat hewan peliharaan," pungkasnya seperti dikutip dari Daily Mail.