Para peneliti dari University of California, Amerika Serikat, belum lama ini mencoba mengukur temperamen dan bagaimana 156 mahasiswa yang menjadi responden menghadapi konflik. Ternyata, para responden yang merasa dirinya cantik mengaku cenderung lebih mudah marah ketika berselisih paham dibanding dengan mereka yang merasa tampangnya pas-pasan.
Para perempuan berparas cantik ini juga diketahui memiliki ekspektasi yang tinggi pada apa yang seharusnya mereka dapatkan. Para peneliti menilai, perilaku mudah marah ini mungkin merupakan strategi yang jitu karena sebagian besar responden mampu menyelesaikan konflik sesuai dengan keinginannya.
Para peneliti meyakini hasil studi ini menguatkan teori evolusi, (survival of the fittest), yakni siapa yang kuat dia yang bertahan. Pada pria, perilaku ini juga muncul, namun pada mereka yang memiliki fisik kuat, bukan wajah tampan.
Karena jumlah responden yang sedikit, para ahli mengingatkan bahwa hasil studi ini tidak bisa dipakai sebagai ukuran untuk populasi pada umumnya. Jadi, tak semua wanita berparas cantik itu mudah marah. Tetapi hampir semua Wanita yang merasa cantik atau sok cantik itu temperamentalnya tinggi.
Para perempuan berparas cantik ini juga diketahui memiliki ekspektasi yang tinggi pada apa yang seharusnya mereka dapatkan. Para peneliti menilai, perilaku mudah marah ini mungkin merupakan strategi yang jitu karena sebagian besar responden mampu menyelesaikan konflik sesuai dengan keinginannya.
Para peneliti meyakini hasil studi ini menguatkan teori evolusi, (survival of the fittest), yakni siapa yang kuat dia yang bertahan. Pada pria, perilaku ini juga muncul, namun pada mereka yang memiliki fisik kuat, bukan wajah tampan.
Karena jumlah responden yang sedikit, para ahli mengingatkan bahwa hasil studi ini tidak bisa dipakai sebagai ukuran untuk populasi pada umumnya. Jadi, tak semua wanita berparas cantik itu mudah marah. Tetapi hampir semua Wanita yang merasa cantik atau sok cantik itu temperamentalnya tinggi.