Ternyata Lelaki Cerdas Tidak Suka Selingkuh


Lelaki cerdas alias yang memiliki tingkat IQ tinggi jarang membohongi istrinya dan lebih suka memilih monogami. Sebuah penelitian baru menunjukkan lelaki cerdas lebih suka hubungan seks yang eksklusif dengan satu orang.

Peneliti Inggris meneliti perilaku lelaki cerdas ini yang menempatkan monogami dan hubungan seks yang eksklusif. Perilaku ini berbeda dengan teman-teman yang seumuran mereka tapi memiliki tingkat kecerdasan yang kurang.

Tapi hubungan antara moralitas perilaku seks konvensional dan tingkat intelijen tidak tercermin pada wanita. Peneliti tidak menemukan bukti bahwa perempuan yang lebih cerdas dalam populasi umum akan lebih setia.



Penelitian pola-pola perilaku tersebut dilakukan oleh Dr Satoshi Kanazawa dari London School of Economics and Political Science yang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Social Psychology Quarterly edisi Maret.

Dalam penelitiannya Dr Kanazawa menganalisa dua survei utama di AS yang berhubungan dengan perilaku sosial dan tingkat IQ yang telah dilakukan terhadap ribuan partisipan mulai remaja hingga orang dewasa.

"Sebagai analisis empiris, hasil penelitian menunjukkan bahwa lelaki dengan tingkat kecerdasan tinggi cenderung monogami dan menilai hubungan seksual adalah eksklusivitas dibandingkan dengan laki-laki yang kurang cerdas," bunyi kesimpulan hasil penelitian Dr Kanazawa seperti dilansir dari Telegraph.

Dr Kanazawa mengklaim bahwa hubungan antara tingkat kecerdasan dan monogami oleh pria cerdas itu terkait dengan perkembangan evolusi perilaku yang terjadi.

Dalam evolusi perilaku tersebut, dunia moderen memandang tidak ada lagi keuntungan memiliki hubungan seksual dengan banyak mitra. Dan orang-orang cerdas mampu melepaskan beban psikologis tersebut dengan mengadopsi cara-cara berperilaku yang baru.

Sebelumnya, Profesor Martha Bailey dan Bita Amani dari Queen's University menyebutkan bahwa istri dan anak akan menjadi korban dalam rumah tangga kerika seorang suami memilih untuk melakukan poligami.

"Mereka lebih banyak mengalami depresi dan stres karena perasaan cemburu. Mereka juga cenderung menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga," ujar Bailey.

Sementara suami yang melakukan poligami mendapat pemenuhan seks yang baik, istri yang dipoligami justru menderita karena harus menghadapi kenyataan suaminya berbagi seks dengan wanita lain dan kemungkinan penyakit menular seksual.

Ketika seorang wanita depresi, pola pengasuhan anaknya pun menjadi kacau. Dan itu akan memberi dampak negatif bagi anak. Anak juga berisiko mengalami trauma dan dikucilkan oleh teman-temannya. Perilaku mereka pun menurut peneliti lebih sulit terkontrol karena peran ayah menjadi berkurang.







Digg Twitter Facebook
Home