Tip Mengubah kebiasaan Buruk

Bisakah sifat buruk seseorang diubah? Rasanya tidak bisa. Pada umumnya akan mengatakan, kitalah yang harus berubah untuk jalan bersama pasangan.


Anda bisa mengubah pasangan, jika yang Anda rasakan mengganggu adalah kebiasaan buruknya. Kebiasaan-kebiasaan buruk seperti ini seringkali kita jalani dan sangat sulit kita hadapi karena kita sendiri terbiasa tertib. Bila menyangkut kebersihan, kebiasaan buruk atau jorok juga sering membuat salah satu dari pasangan menjadi ilfil.

Nah, bila Anda berniat menyampaikan kepada pasangan, cari tahu lebih dulu bagaimana cara menyampaikan keberatan tanpa membuatnya tersinggung. Selain itu, jangan berharap si dia akan langsung berubah begitu Anda minta. Perubahan tentu membutuhkan waktu.

Mintalah baik-baik. Seringkali kita tidak percaya, mengapa seseorang bisa melakukan sesuatu yang buruk, atau jorok. Namun tahukah Anda, bahwa seseorang tersebut mungkin tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya sudah mengganggu orang lain? Dan, sadarkah Anda bahwa raut muka kesal atau kemarahan Anda hanya akan membuatnya bingung? Daripada memasang tampang judes atau mendiamkannya, lebih baik ajak si dia duduk bersama di suatu tempat yang nyaman, saat hatinya sedang senang, lalu sampaikan bahwa apa yang dilakukannya menimbulkan masalah (sebutkan apa akibatnya). Pria tidak bisa membaca pikiran Anda. Katakan saja dengan jelas apa keinginan Anda.

Lakukan demontrasi yang menggambarkan kelakuannya. Si dia mengajak diskusi melulu saat menonton film di bioskop, membuat penonton di sekitar Anda berulang kali mengatakan, "Ssst...!"? Agar si dia tahu, apa rasanya diinterupsi terus saat Anda sedang berkonsentrasi dengan apa yang disampaikan dalam film, coba tiru apa yang diperbuatnya. Lakukan dengan cara meledek, supaya ia juga tahu bahwa Anda sedang menegurnya secara halus, bukan menyetujui perbuatannya.

Katakan bahwa Anda akan menghentikan salah satu kebiasaan buruk Anda, jika ia juga menyetop kebiasaan jeleknya. Misalnya, dokter sudah meminta suami untuk berhenti merokok, namun ia masih saja merokok. Tawarkan: Anda tak akan mengonsumsi jeroan lagi jika suami juga bersedia mematuhi anjuran dokter. Menawarkan semacam barter atau kompromi seperti ini menjadi cara yang positif untuk menghindari konfrontasi dan membuang beberapa kebiasaan yang tidak perlu.

Tanyakan apa yang akan dirasakan pasangan jika kebiasaannya itu dilakukan orang lain. Ia mungkin tidak menyadari seperti apa rasanya menjadi pihak yang melihat atau merasakan akibatnya. Contohnya, Anda pergi beramai-ramai dengan teman, dan semuanya kelaparan. Begitu sampai di restoran, si dia langsung masuk ke dalam dan memesan makanan untuk dia sendiri. Ia juga langsung makan tanpa mempedulikan Anda yang masih menunggu teman-teman lain yang belum datang. Sikap seperti ini sama sekali tidak mengutamakan kebersamaan. Jadi, tanyakan apa yang dirasakan si dia jika dia ditinggalkan dalam keadaan perut keroncongan sementara Anda asyik menikmati makanan Anda sendiri.

Berikan imbalan jika pasangan bersedia membuang kebiasaan buruknya. Saat berbicara dengan pasangan mengenai kebiasaannya tersebut, katakan bahwa Anda akan memberikan sesuatu yang ia inginkan (misalnya pijatan saat pulang dari kantor) setiap kali ia berusaha menghentikan kebiasaannya yang mengganggu. Pastikan bahwa ia melakukan perubahan tersebut bukan karena terpaksa, tetapi karena memahami apa pengaruh baiknya.

Tanpa bernada mengancam atau menghina, biarkan si dia tahu bahwa kebiasaannya itu membuat Anda turn off. Anda perlu membiasakan diri untuk saling berdialog (bukan berdiskusi yang tujuannya mencari benar-salah, lho) dengan pasangan. Pasangan perlu tahu apa yang Anda rasakan akibat perilakunya. Sebaliknya, buka juga diri Anda jika si dia juga melontarkan berbagai keberatannya mengenai kebiasaan buruk Anda. Bagaimana pun juga, tidak ada orang yang sempurna, bukan? Sumber:Kompas.com

Semoga bermanfaat

Digg Twitter Facebook
Home